Sekapur Sirih Indonesia

Anda
pasti pernah membaca untaian kata ini, “Sekapur Sirih” pada buku
bacaan, naskah, teks pidato, artikel, opini, tulisan ilmiah, dokumen
lainnya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Sekapur Sirih berarti sepatah kata
atau sambutan kata ringkas dari seseorang. Sekapur Sirih berasal dari
kata dasar kapur dan sirih yang memiliki makna budaya dan tradisi adat
istiadat Melayu. Sekapur Sirih berasal dari Kepulauan Riau, negeri yang
kaya dengan hasil sastra dan budaya. Negeri yang berjuluk negeri Pantun
dan Gurindam 12. Negeri yang melahirkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu bangsa.
Sirih adalah jenis tanaman yang banyak digunakan masyarakat melayu
Kepulauan Riau dalam berbagai hal. Sama seperti jenis tanaman lainnya,
Sirih merupakan bagian dari identitas flora Indonesia.
Siapa yang tak kenal dengan bunga Raflesia atau bunga bangkai di
Bengkulu ? Flora yang tumbuh di Bengkulu itu sudah menjadi icon Provinsi
Bengkulu sejak dahulu. Banyak orang tertarik untuk datang dan melihat
dari dekat flora identitas Bengkulu itu. Raflesia memiliki daya tarik
yang begitu sempurna bagi siapapun. Tidak saja bagi wisatawan domestik
tetapi juga wisatawan mancanegara.
Seyogyanya Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri dapat
mengambil pelajaran dari Provinsi Bengkulu untuk menjadikan Sirih
seperti bunga Raflesia. Menjadikan Sirih sebagai Icon wisata budaya dan
ecorigen. Karena Kepri memiliki ikatan historis dan budaya yang sangat
erat dengan Johor, Melaka dan Singapura. Sehingga diharapkan Kepri
memiliki destinasi wisata baru, yaitu Taman Wisata Sekapur Sirih. Selain
wisata bahari yang telah mendunia.
Provinsi Kepri memang memiliki geografis yang berdekatan dengan
Singapura, Malaysia dan Vietnam. Provinsi yang dikenal dengan julukan
“Negeri Segantang Lada” itu tercatat sebagai provinsi ketiga yang banyak
dikunjungi wisatawan mancanegara di Indonesia, setelah Bali dan
Jakarta.
Segantang Lada dan Sekapur Sirih hanya dapat didengar dan dilihat lewat
lagu, buku dan tarian. Padahal lada dan sirih adalah flora yang harus
dapat dilihat pula wujudnya. Tentunya bukan sekedar penampakan dan harus
dapat dilihat perbedaanya dibanding tempat lain.
Sirih atau nama ilmiahnya Piper betle adalah jenis tanaman atau flora
identitas Kabupaten Kepulauan Riau (sekarang Provinsi Kepulauan Riau).
Penetapan itu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 48
Tahun 1989 tanggal 1 September 1989 tentang Pedoman Penetapan Identitas
Flora dan Fauna Daerah.

Sejak dahulu sirih telah dimanfaatkan masyarakat melayu Kepulauan Riau,
masyarakat melayu Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam untuk
dikunyah daunnya bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur. Tradisi
makan sirih itu sendiri merupakan warisan budaya masa silam, lebih dari
3000 tahun yang lampau atau dizaman neolitik sampai saat ini. Budaya
makan sirih hidup di Asia Tenggara. Pendukung budaya ini berasal dari
pelbagai golongan, meliputi masyarakat bawah, pembesar Negara serta
kalangan Istana.
Selain dimakan, sirih juga sebagai symbol budaya dan bagian yang tak
terpisahkan dalam adat istiadat Melayu Kepulauan Riau. Sirih dipakai
dalam upacara menyambut tamu, upacara merisik dan meminang, upacara
pernikahan, pengobatan tradisional, dan berbagai upacara adat yang lain.
Dalam upacara pernikahan, sirih dirangkai dalam bentuk sirih junjung
yang cantik, dan bersama dengan sirih penyeri dipakai sebagai barang
hantaran kepada pengantin perempuan. Didalam upacara kebesaran Istana,
sirih junjung dipakai sebagai hiasan yang menyemarakkan suasana. Sirih
juga dibawa sebagai kepala suatu arak-arakan adat.
Seiring perkembangan waktu, tradisi makan sirih semakin terkikis oleh
asimilasi budaya. Tradisi makan sirih itu saat ini hanya diperkenalkan
kepada para tamu pembesar Negara saja, dan itupun dalam durasi yang
relatif singkat sekali (1-2 menit/orang) tanpa penjelasan historis, adat
istiadat dan manfaat makan sirih bagi kesehatan.
Sosialisasi sirih sebagai flora identitas Kepulauan Riau, symbol budaya
dan adat istiadat Melayu Kepulauan Riau dikalangan penduduk lokal,
terutama generasi penerus kurang dilakukan. Akibatnya, flora dan tradisi
itu kian terabaikan.
Untuk itu, perlu dilakukan upaya memasyarakatkan sirih sebagai flora
identitas Kepulauan Riau, symbol budaya dan adat istiadat Melayu
Kepulauan Riau dikalangan penduduk lokal, terutama generasi penerus. Ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain :
1. Mendirikan Taman Wisata Sekapur Sirih
Taman wisata Sekapur Sirih adalah hamparan yang luas yang ditanami
berbagai jenis pohon Sirih yang dirancang merambat diatas konstruksi
besi dan kemudian dibuat jalan setapak mengelilingi area taman. Tiap 20 m
ditanami pohon Pinang.
2. Budidaya (pembibitan) pohon Sirih
Budidaya pohon Sirih dilakukan didalam ruangan konstruksi besi yang
berada di Taman Wisata Sekapur Sirih. Diperkirakan ada 100.000 lebih
bibit pohon Sirih didalamnya.
3. Mendirikan Museum Mini Sekapur Sirih
Museum Mini Sekapur Sirih dibangun dengan motif rumah panggung adat
Melayu. Didalam musem itu tersimpan berbagai sarana dan prasarana yang
terkait dengan sirih seperti tepak sirih, kacip, gobek, photo-photo dan
lain sebagainya. Pada waktu-waktu tertentu, akan diperagakan (demo)
tradisi makan Sirih di museum itu.
4. Penanaman pohon Sirih
Penanaman pohon sirih dapat dilakukan disekitar halaman kantor atau
gedung milik Pemerintah, swasta, sekolah, LAM (Lembaga Adat Melayu),
jalan, bandara, Pelabuhan, Terminal, Sekolah, Taman Kota, Ruang Publik,
Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain.
5. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan lewat media sosial (jejaring social, baliho,
spanduk, sticker, pamflet, buku saku, RRI, media cetak, blog, website,
TV Lokal, Kaos T-Shirt, Topi, CD, Motif Batik dan jenis content lainnya.
Andaikan Taman Wisata Sekapur Sirih dan program lainnya diatas dapat
terealisasi, maka ketika Anda mengunjungi Batam, Bintan, Karimun,
Natuna, Tanjungpinang, Anambas ataupun Lingga, Kita akan terpesona
melihat sirih yang menjalar, merayap dan merangkai ditiap tempat di kota
itu.

Begitu Anda mendarat di Bandara Hang Nadim misalkan, Sekapur Sirih
Indonesia menyambut kedatangan Anda bersama orang tercinta. Anda dapat
menyaksikan secara langsung jenis tanaman Sirih. Anda dapat pula
mendengar lagu sekapur sirih dan segantang lada dari speaker yang
sengaja dipasang di ruang kedatangan atau diruangan lainnya. Anda juga
dapat membaca bait demi bait pantun di baliho, spanduk atau Kaos T-Shirt
berikut ini.
Sirih Junjung Sirih Pinang
Sirih Kami Susun Bertingkat
Adat Dijunjung Pusaka Dikenang
Bangsa Berbudi Hidup Mufakat
Bandara Hang Nadim di Batam adalah bandara yang memiliki landasan pacu
pesawat terbang terpanjang di Asia Tenggara. Bandara itu menghubungkan
Batam dengan banyak daerah di Indonesia dan beberapa Negara di dunia.
Anda dapat terbang dengan menggunakan maskapai kebanggaan bangsa
Garuda Indonesia, untuk menjelajah pulau dan merangkai negeri.