- Prasasti Kedukan Bukit[2], Palembang (605 Saka / 683 M, (berbahasa Melayu Kuna, dan beraksara Pallawa)
- Prasasti Talang Tuwo, dekat Palembang (606 Saka / 684 M, huruf Pallawa, ditemukan oleh Residen Louis Constant Westenenk tanggal 17 November 1920 di sebuah kawasan bernama Talang Tuwo, di sisi barat laut Bukit Seguntang)
- Prasasti Kota Kapur, Pulau Bangka (608 Saka / 686 M, beraksara Pallawa)
- Prasasti Karang Brahi, Kabupaten Merangin, Jambi (614 Saka / 692 M, beraksara Pallawa)
- Prasasti Telaga Batu, Palembang, Sumatra Selatan, abad ke-7
- Prasasti Palas Pasemah, Palas, Lampung, abad ke-7
- Prasasti Hujung Langit, Hujung Langit, Lampung
- Prasasti Mañjuçrighra, Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 2 November 792M[3]
- Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah[4]
- Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah, 824 (dwibahasa, Melayu Kuna dan Jawa Kuna)
- Prasasti Gandasuli I dan II, Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832[3]
- Keping Tembaga Laguna, Manila, Filipina, 900[3]
- Prasasti Bukateja, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah[3]
- Prasasti Dewa Drabya, Dieng, Jawa Tengah[3]
- Prasasti Padang Roco[5] di (Kabupaten Dharmasraya sekarang) (dwibahasa, Melayu Kuna dan Jawa Kuna)
- Prasasti Suruaso[6], di Suruaso, Kabupaten Dharmasraya (berbahasa sansekerta, dan beraksara Melayu)
- Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah[1] di Kerinci (berbahasa Melayu Kuna, dan beraksara Melayu)
Karakteristik
Dari berbagai sumber naskah dan prasasti tampak sekali pengaruh dari bahasa Sanskerta melalui banyak kata-kata yang dipinjam dari bahasa itu serta bunyi-bunyi konsonan aspiratif seperti bh, ch, th, ph, dh, kh, h (Contoh: sukhatchitta). Namun demikian struktur kalimat jelas bersifat Melayu atau Austronesia, seperti adanya imbuhan (suffix). Imbuhan-imbuhan ini dapat dilacak hubungannya dengan bentuk imbuhan bahasa Melayu Klasik atau bahasa Indonesia[7], seperti awalan mar- (> ber- dalam bahasa Melayu Klasik), ni- (> di-), nipar- (> diper-), maN- (> meN-), ka- (> ter-), dan maka- (> ter-).Pronomina pribadi, seperti juga bahasa Indonesia, juga terdiri dari pronomina independen dan ekliktik (genitif)[8]: 1s = aku, -ku/-nku, 2p = kamu, mamu, 3s = iya, nya, 3p (hormat) = sida, -da,-nda, 2p (divinum) = kita, -ta/-nta.
Dua dialek telah diduga oleh Aichelle di tahun 1942 dan A. Teeuw sejak 1959[9]: Dialek prasasti Sumatera: ni-/var- dan dialek luar Sumatera di-/bar-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar